Pemberontakan RMS – Latar Belakang, Kronologis, Dampak, Tokoh

Republik Maluku Selatan yang seringkali dikenal dengan singkatan RMS merupakan suatu republik di wilayah Indonesia yang telah diasingkan sejak tahun 1966. Republik yang ibukotanya ada di Ambon ini terkenal dengan pemberontakan RMS.

Dulu, republik ini berdiri pada tanggal 25 April tahun 1950 tapi kemudian bubar pada bulan Desember 1963. Tiga pulau paling besar yang ada di bawah kekuasaan republik ini adalah Pulau Seram, Pulau Ambon, serta Pulau Buru. Cari tahu selengkapnya mengenai pemberontakan yang terjadi di bawah ini.

Latar Belakang Munculnya Pemberontakan

Latar-Belakang-Munculnya-Pemberontakan

Peristiwa pemberontakan di wilayah timur Indonesia ini terjadi di tahun 1950an. Lokasi terjadinya peristiwa ada di kota Ambon serta di beberapa pulau yang ada disekitarnya, termasuk di Pulau Seram. Saat terjadi pemberontakan, Indonesia masih berwujud Republik Indonesia Serikat atau RIS.

1.     Latar belakang negara

Karena wujud negara yang masih berupa RIS inilah masih ada beberapa negara bagian di wilayah Indonesia. Misalnya saja ada NIT atau Negara Indonesia Timur yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan pulau lain disekitarnya. Setiap negara bagian tersebut mempunyai pemerintahan sendiri.

Masing-masing negara bagian mempunyai presiden, parlemen, serta perdana menteri sendiri. Tapi sekarang, negara bagian sudah tidak ada lagi, diganti dengan provinsi yang pemimpinnya adalah gubernur. Tidak ada lagi perdana menteri. DPRD menggantikan parlemen setiap negara bagian.

2.     Berdirinya NKRI

Tepat sebelum pemberontakan RMS terjadi, Indonesia memutuskan untuk membubarkan RIS kemudian menggantinya dengan NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. Parlemen yang berada di NIT menyetujui hal ini kemudian memutuskan untuk menggabungkan diri ke NKRI.

Berbagai wilayah lain pun menyetujui adanya penggabungan ini. Sayangnya, Maluku tidak menyetujui keputusan tersebut. Christiaan Soumokil merupakan salah satu pihak dari Maluku yang tidak setuju dengan adanya penggabungan.

Soumokil bersumpah pada Andi Azis untuk terus mempertahankan NIT hingga titik darah terakhir. Apa yang membuat Soumokil dan beberapa pihak lain dari NIT tidak menyetujui peleburan berbagai negara bagian ke dalam Indonesia?

3.     Alasan dibalik pemberontakan

Alasan terjadinya pemberontakan dan tidak setujunya berbagai pihak dari NIT adalah kekecewaan. Mereka sudah terlanjur merasa kecewa terhadap pemerintahan Indonesia. Pemerintah Indonesia dinilai telah melakukan pembangunan secara tidak merata dan tidak menjunjung keadilan.

Masyarakat RMS meyakini bahwa pemerintah pusat bertindak tanpa keadilan karena wilayah timur sangat tertinggal terutama dalam bidang pembangunan. Padahal Pulau Jawa mengalami pembangunan yang jauh lebih pesat.

Alasan lain dibalik terjadinya pemberontakan ini adalah adanya sentimen SARA atau suku, agama, ras, serta antar golongan. Warga Maluku yakin bahwa sebagian besar anggota pemerintah pusat adalah orang Jawa yang memeluk agama Islam.

4.     Tujuan dilakukannya pemberontakan

Berbagai alasan serta latar belakang diatas membuat Soumokil serta warga Maluku Selatan termotivasi untuk melakukan pemberontakan. Mereka berjuang untuk memproklamasikan RMS dan melepaskan diri dari wilayah kekuasaan NKRI. Tujuan RMS adalah untuk menciptakan negara sendiri.

Dengan memahami latar belakang serta penyebab munculnya pemberontakan, Anda jadi bisa memahami apa yang dirasakan oleh masyarakat RMS. Masyarakat merasa ditinggalkan oleh pemerintah dan tidak dianggap karena sebagian besar anggota pemerintah bukan berasal dari sana.

Lalu siapa saja yang menjadi tokoh utama yang mempunyai keterlibatan dalam peristiwa bersejarah ini? Cari tahu selengkapnya dari keterangan RMS dibawah ini.

Tokoh yang Terlibat dalam Pemberontakan RMS

Tokoh yang mempunyai keterlibatan dalam pemberontakan heboh di Indonesia berkaitan erat dengan kronologi yang terjadi selama pemberontakan. Agar bisa lebih memahami kronologi serta tokoh-tokohnya, perhatikan beberapa informasi penting berikut ini.

1.     Johannes Alvarez Manusama

Johannes-Alvarez-Manusama

Salah seorang tokoh paling utama yang terlibat dalam peristiwa bersejarah RMS adalah Manusama yang merupakan penggagas pemberontakan. Selain berperan sebagai penggagas, Manusama juga menjadi presiden RMS pertama selama pengasingan tahun 1966 hingga tahun 1993.

Sebelum menjadi presiden dalam pengasingan, Manusama sempat menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Pendidikan di RMS. Masa jabatannya ini dimulai pada tahun 1950 dan berakhir pada tahun 1966 untuk kemudian menjabat sebagai presiden ketiga RMS.

Setelah mengelola RMS, sisa hidup Manusama sarat dengan berbagai kegiatan seperti membela kemerdekaan. Manusama sendiri mendirikan suatu pos pemerintah pada pengasingan Belanda. Manusama menghembuskan nafas terakhir di usia 85 tahun pada 29 Desember 1995 di Rotterdam.

2.     Johanis Hermanus Manuhutu

Johanis-Hermanus-Manuhutu

Merupakan presiden RMS pertama yang mulai menjabat sejak proklamasi kemerdekaan RMS pada tahun 1950. Manuhutu juga dikenal sebagai proklamator RMS yang kemudian langsung memerintah pada tanggal 25 April 1950. Jabatannya hanya bertahan sebentar saja dan berakhir tanggal 3 Mei 1950.

Manuhutu dan Albert Wairisal menandatangani deklarasi sebelum keduanya menjabat sebagai presiden serta perdana menteri. Tapi pada tanggal 3 Mei 1950, Christiaan Robbert Steven Soumokil menggantikan Manuhutu sebagai presiden RMS yang kedua.

Di awal 1952, Manuhutu ditangkap oleh tentara Indonesia dan dipenjarakan. Penangkapan terjadi di Pulau Seram dan Manuhutu mendapatkan hukuman lima tahun penjara di bulan Juni 1955. Tapi di bulan Agustus Manuhutu memperoleh pengampunan dan dibebaskan tiga setengah tahun kemudian.

3.     Dr. Christiaan Robbert Steven Soumokil

Dr.-Christiaan-Robbert-Steven-Soumokil

Lebih dikenal dengan nama Christiaan Soumokil, tokoh pemberontakan RMS ini merupakan dalang peristiwa bersejarah. Mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur inilah yang tidak ingin menggabungkan NIT dengan NKRI. Selanjutnya, Soumokil menjabat sebagai presiden kedua RMS.

Soumokil menjadi presiden kedua RMS sejak tanggal 3 Mei 1950 setelah menggantikan Manuhutu. Pemerintahannya berakhir pada tanggal 12 April 1966 dan digantikan oleh Manusama. Usai perang dengan Jepang, Soumokil menjabat sebagai jaksa agung NIT.

Dan setelah pemberontakan, tentara Indonesia menangkap Soumokil untuk kemudian diasingkan ke Pulau Seram dan Pulau Buru. Pada tanggal 12 April 1966, Soumokil dihukum mati dengan cara ditembak oleh peleton tembak di Pulau Obi, Kepulauan Seribu. Soumokil meninggal di usia 60 tahun.

4.     Isaac Julius Tamaela

Isaac-Julius-Tamaela

Merupakan seorang pemimpin dan tentara Maluku Selatan. Tamaela merupakan anggota KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang menjabat sebagai sersan mayor. Pada waktu RMS memproklamasikan diri, Tamaela menjadi penasehat khusus untuk staf militer.

Tamaela memperoleh pangkat letnan kolonel, pangkat ini tidak berhubungan dengan pangkat yang dimilikinya dalam KNIL. Saat pasukan RI semakin berkuasa atau pulau Ambon, Tamaela berangkat ke Pulau Seram dan perang yang dipimpin oleh Soumokil terus berlanjut.

Di akhir tahun 1963, Indonesia berhasil menangkap Soumokil dan menghentikan perang gerilya. Di waktu yang sama, Tamaela mengamankan diri ke Belanda dan pada tahun 1968 Tamaela mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden RMS sekaligus sebagai jenderal.

Upaya untuk Mengakhiri Pemberontakan RMS

Upaya-untuk-Mengakhiri-Pemberontakan-RMS

Tindakan apa saja yang diambil oleh pemerintah pusat NKRI demi menyelesaikan pemberontakan yang terjadi? Tindakan RMS dinilai sebagai pemberontakan serius terhadap pemerintah NKRI. Maka pemerintah Indonesia segera berupaya mengatasi masalah ini.

Ada dua cara yang digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya untuk mengakhiri peristiwa yang bersejarah ini. Cara pertama adalah negosiasi atau jalan damai. Jika cara pertama ini gagal dilakukan dan RMS tidak ingin berdamai, maka cara kedua yang dilakukan adalah dengan operasi militer.

1.     Negosiasi atau diplomasi

Jalur diplomasi merupakan cara pertama yang dipilih oleh pemerintah NKRI dalam menghentikan pemberontakan. Diplomasi dilakukan oleh pemerintah NKRI dengan Dr. Johannes Leimena. Leimena sendiri merupakan seorang politisi merangkap dokter yang berasal dari Maluku.

Dr. Leimena bertugas untuk mewakili NKRI dalam upaya meyakinkan masyarakat Maluku Selatan serta Soumokil. Jabatannya adalah sebagai kepala juru runding pemerintah Indonesia. Para pemimpin RMS menolak undangan Leimena untuk berunding.

Dr. Leimena mengalami beberapa kegagalan dalam melakukan negosiasi dengan RMS. Leimena dikirim Kembali di bulan Juni 1950 tapi mengalami kegagalan lain karena kosongnya transportasi ke Maluku. Jalan damai yang tidak mulus membuat NKRI beralih ke upaya yang kedua.

2.     Operasi militer

Upaya penumpasan pemberontakan yang berikutnya dilakukan dengan menggunakan operasi militer. Operasi ini dikenal dengan nama GOM III atau Gerakan Operasi Militer III. Pelaksanaannya dimulai pada 14 Juli 1950. Pemerintah NKRI berupaya memberantas pemberontakan dengan mengirim APRIS.

APRIS atau Angkatan Perang RIS dipimpin oleh Kolonel Alex Kawilarang dan Brigadir Jenderal Slamet Riyadi. Nama operasi yang dipimpin oleh keduanya adalah Operasi Pasupati. Hasilnya, satu per satu pendukung Soumokil mulai berjatuhan dan segera diadili.

Ambon yang merupakan pusat atau ibukota RMS pun akhirnya diduduki oleh pemerintah NKRI pada tanggal 28 September 1950. Sayangnya, dalam upaya ini, Letkol Slamet Riyadi gugur saat merebut Benteng Nieuw Victoria. Operasi militer masih berlanjut hingga tahun 1962 di Pulau Seram.

3.     Berakhirnya pemberontakan

Pada 12 Desember 1963, Christiaan Soumokil selaku dalang utama pemberontakan RMS ditangkap di Pulau Buru kemudian ditahan di Pulau Seram. Soumokil kemudian dibawa ke Jakarta untuk menghadap Mahkamah Militer Luar Biasa.

Penangkapan Soumokil merupakan tanda bahwa selesainya penumpasan pemberontakan NIT yang bersejarah. Soumokil pun terbukti menepati janji yang dinyatakan terhadap Andi Azis. Dr. Christiaan Soumokil berperang hingga tetes darah terakhirnya.

Tepat pada tanggal 12 April 1966, pengadilan mengeksekusi Dr. Christiaan Soumokil di Pulau Obi, Halmahera Selatan. Sebagian pendukung lain RMS diangkut untuk mengungsi ke Belanda. Apakah dengan berakhirnya pemberontakan, dampaknya juga ikut menghilang?

Akibat dari Terjadinya Pemberontakan

Akibat-dari-Terjadinya-Pemberontakan

Apapun istilahnya, peristiwa seperti pemberontakan akan selalu memberikan dampak negatif. Pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat Maluku Selatan terhadap terbentuknya NKRI juga tidak lepas dari akibat yang menyakitkan. Beberapa akibatnya antara lain:

1.     Korban jiwa yang cukup besar

Kekuatan Indonesia dan RMS yang tidak sebanding mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah yang cukup besar. Indonesia mempunyai 20.000 kekuatan sedangkan RMS hanya mempunyai kekuatan sebesar 15.000 saja.

Perbedaan kekuatan ini menyebabkan korban jiwa di pihak NKRI sebanyak 100 hingga 120 jiwa. Sedangkan korban jiwa yang dialami oleh RMS mencapai 5.000 jiwa. Yang lebih menyakitkan adalah kematian warga sipil yang berkisar antara 10.000 hingga 15.000 korban jiwa.

2.     Pemberontakan tidak benar-benar lenyap

Kurang lebih 15.000 warga Maluku yang masih merupakan pendukung RMS mengungsi ke Belanda setelah pemberontakan berakhir. Ternyata mereka tetap memegang teguh ideologi hingga pemberontakan muncul lagi di Indonesia pada tahun 2007.

Dua tahun kemudian, gerakan RMS pun muncul lagi dengan membawa tuntutan pada pemerintah NKRI. Tuntutan yang diajukan adalah pelanggaran HAM pemerintah Indonesia terhadap para aktivis RMS.

Pemberontakan RMS merupakan peristiwa menyakitkan dalam kehidupan masa lalu NKRI. Pahami apa yang terjadi agar bisa terus mengenang jasa tokoh-tokoh yang terlibat dalam penumpasan pemberontakan ini.

Baca Juga :