Masa Perundagian : Ciri, Latar Belakang, Peninggalan Masyarakatnya

Pernah melihat kapak perunggu dan kapak corong? Dua benda tersebut merupakan hasil dari masa perundagian atau zaman perundagian. Arkeolog Indonesia yang Bernama R. Soekmono menyatakan bahwa masa prasejarah di negara ini terbagi menjadi dua zaman.

Salah satu zaman tersebut adalah zaman batu yaitu saat manusia menggunakan berbagai peralatan berbahan dasar batu. Kemudian ada zaman logam yang dikenal juga dengan istilah zaman perundagian. Kali ini, artikel akan mendalami mengenai zaman logam di Indonesia.

Mengenal Zaman Logam di Indonesia

Mengenal-Zaman-Logam-di-Indonesia

Zaman perundagian atau zaman logam merupakan zaman manakala manusia mulai menguasai teknologi yang kemudian digunakan dalam pengolahan logam. Hasilnya, manusia bisa menciptakan berbagai benda dan peralatan berbahan dasar logam yang mempermudah kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan konsep tersebut, zaman logam telah menghasilkan kebudayaan yang sarat dengan logam. Meskipun di awal periode perundagian masih ada manusia yang menggunakan batu. Logam digunakan di beberapa kalangan saja karena pada waktu itu persediaan logam masih terbatas.

Lama kelamaan, keterampilan manusia dalam menciptakan benda-benda logam pun semakin menyebar. Sejak zaman tersebut, manusia sudah mendapatkan keterampilan dan pengetahuan dalam menciptakan perkakas dan peralatan dari bahan logam.

Ciri-Ciri Zaman Perundagian

Ciri-Ciri-Zaman-Perundagian

Ada beberapa ciri kehidupan masyarakat di zaman perundagian. Ciri-ciri tersebut berkaitan dengan aspek teknologi, ekonomi, budaya, dan sosial masyarakat di era perundagian. Berikut ini beberapa ciri yang kehidupan masyarakat di zaman logam.

1. Ciri Sosial

Salah satu ciri sosial zaman perundagian adalah jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pertambahan ini menyebabkan peternakan dan pertanian yang semakin berkembang. Masyarakat mempunyai pengalaman dalam beternak dan Bertani serta mengenal cara cocok tanam sederhana.

Selain itu, ada beberapa ciri lain dalam aspek sosial masyarakat di masa perundagian. Beberapa ciri lain tersebut antara lain:

  • Masyarakat mempunyai pengetahuan mengenai musim dan gejala alam. Dengan begitu, masyarakat bisa memperkirakan terjadinya peristiwa alam serta memperhitungkan musim panen dan musim tanam.
  • Sistem persawahan mulai diterapkan sehingga masyarakat bisa mulai membagi waktu sehingga masyarakat pun bisa semakin giat dalam bekerja.
  • Munculnya masyarakat golongan undagi yang merupakan golongan terampil dan bisa melakukan berbagai pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan oleh golongan ini antara lain membuat gerobak, rumah dari kayu, atau benda logam.
  • Kehidupan masyarakat di masa ini menjadi semakin teratur. Misalnya ada pembagian pekerjaan berdasarkan kesanggupan setiap individu. Meskipun demikian, pertanian masih merupakan usaha utama masyarakat undagi.
  • Pembagian pekerjaan menjadi semakin kompleks. Para wanita tidak hanya melakukan pekerjaan di rumah saja tapi juga mulai berdagang di pasar.

2. Ciri Budaya

Masyarakat di zaman perundagian ini sudah mempertunjukkan tingkat budaya yang lebih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari beberapa bentuk upacara dan benda seni yang ditemukan. Semuanya memperlihatkan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat di masa itu.

Zaman perundagian ini ditandai oleh kemajuan masyarakat yang cukup pesat dalam menciptakan berbagai alat berkat kemajuan teknologi. Peleburan biji logam merupakan teknologi yang ditemukan di era perundagian. Semakin banyak masyarakat di era ini memakai logam sebagai bahan peralatan.

Di zaman perunggu, masyarakat bisa mendapatkan logam yang jenisnya lebih keras dibandingkan dengan tembaga. Karena perunggu terbuat dari campuran timah dan tembaga. Kebudayaan di zaman ini sudah lebih tinggi karena masyarakat sudah kenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.

3. Aspek Ekonomi

Di masa perundagian, masyarakat sudah mengenal sistem pembagian kerja. Beberapa rumah yang dihuni tidak lagi berbentuk sederhana, tapi sudah ada juga yang bertingkat. Kegiatan ekonomi juga sudah semakin berkembang di berbagai bidang.

Masyarakat mulai mengenal kegiatan berdagang atau jual beli sehingga di perekonomian di bidang kerajinan tangan, pertanian, dan perikanan ikut mengalami kemajuan. Tatanan penduduk di era ini juga lebih terpimpin, tertib, dan tertata rapi. Awal mula norma dan tata tertib dimulai di masa ini.

Selain itu, masyarakat di zaman perundagian juga sudah mempunyai ketertarikan untuk berburu serta mengandalkan bahan makanan yang berasal dari alam. Setelah kekayaan alam mulai berkurang, masyarakat mulai bercocok tanam serta membuat lahan persawahan.

4. Ciri Teknologi

Zaman perundagian dibagi menjadi tiga zaman, yaitu era tembaga, era perunggu, serta era besi. Di masa ini, masyarakat mulai mempelajari beberapa Teknik dalam menciptakan benda dari logam. Misalnya ada Teknik A Cire Perdue dan Bivalve.

A Cire Perdue merupakan teknik cetak tuang dengan menggunakan cetakan yang bentuknya sama dengan benda yang ingin dibuat. Cetakan dibuat dengan menggunakan lilin yang dilapisi dengan tanah liat lalu dipanaskan.

Sedangkan Teknik Bivalve atau dua setangkup merupakan teknik cetak benda perunggu dengan memanfaatkan dua cetakan yang bisa ditangkupkan. Bentuk cetakan tersebut disesuaikan dengan benda yang akan diciptakan.

Zaman Logam di Masa Perundagian

Zaman-Logam-di-Masa-Perundagian

Setidaknya ada dua zaman di era perundagian yang menandakan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Zaman perunggu dan zaman besi menggantikan zaman tembaga berkat keterampilan masyarakat yang semakin berkembang dalam mencampur dan meleburkan logam.

1.     Zaman Perunggu

Dikenal sebagai kebudayaan Dongson-Tonkin China. Di zaman ini, masyarakat sudah mulai mengenal teknologi peleburan untuk mencampur timah dan tembaga. Hasilnya adalah logam perunggu yang lebih keras. Beberapa peninggalan masa perundagian antara lain:

  • Kapak perunggu atau kapak corong yang merupakan alat perkakas. Peninggalan ini ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Papua, Kepulauan Selayar, Sulawesi, Jawa-Bali, dan Sumatera Selatan.
  • Moko atau Nekara Perunggu merupakan sejenis dandang, dulunya digunakan oleh masyarakat era perundagian sebagai maskawin. Peninggalan yang satu ini ditemukan di Leti, Selayar, Roti, Sumbawa, Jawa-Bali, dan Sumatera.
  • Bejana yang terbuat dari perunggu dan ditemukan di Sumatera dan Madura. Dan ada juga arca perunggu yang ditemukan di Bogor, Jawa Barat; Lumajang, Jawa Timur; serta di Bang-kinang, Riau.

2.     Zaman Besi

Era ini menandakan periode yang sudah jauh lebih maju dan berkembang. Masyarakat sudah mempunyai kemampuan untuk melebur besi dari biji kemudian dituang untuk membuat peralatan yang dibutuhkan. Teknik meleburkan besi ini lebih rumit dibandingkan dengan peleburan perunggu.

Proses peleburan besi memerlukan panas dengan suhu tinggi yang mencapai kurang lebih 3500 derajat Celsius. Beberapa peralatan besi yang dihasilkan oleh masyarakat di era ini antara lain mata kapak dengan tungkai kayu, mata pisau, mata sabit, cangkul, dan mata pedang.

Indonesia tidak mengalami era tembaga tapi memasuki era perunggu serta besi di waktu yang bersamaan. Hasilnya, ditemukan berbagai peralatan yang terbuat dari perunggu. Itulah sebabnya zaman logam juga dikenal dengan nama zaman perunggu.

Teknik yang Digunakan Selama Masa Perundagian

Teknik-yang-Digunakan-Selama-Masa-Perundagian

Masyarakat di era perundagian ini melakukan pengolahan logam dengan menggunakan cara atau metode yang lebih sederhana. Meskipun begitu, titik inilah yang menjadi asal mula berkembangnya teknologi manusia. Terdapat dua Teknik pengolahan yang digunakan selama zaman perundagian.

1. Teknik pengolahan bivalve

Teknik yang pertama ini merupakan teknik cetak dengan memanfaatkan cetakan yang dibuat dari batu. Ada dua buah cetakan yang kemudian akan dirapatkan. Cetakan ini mempunyai sebuah lubang di bagian atasnya. Lubang tersebut dipakai untuk memasukkan besi yang nantinya akan dicetak.

Nantinya, cetakan akan ditangkupkan atau dirapatkan kemudian diisi dengan cairan logam yang masih dalam kondisi panas. Logam dibiarkan mendingin sehingga akan membentuk suatu alat atau perkakas sesuai dengan cetakan yang digunakan.

2. Teknik pengolahan a cire perdue

Teknik cetak yang satu ini memanfaatkan lilin untuk membuat cetakannya. Lilin dibungkus dengan memakai tanah liat kemudian dibakar sehingga tanah liat akan mengeras dan lilin akan mencair. Lilin yang mencair dikeluarkan sehingga tanah liat akan menjadi cetakan dengan bentuk tertentu.

Ruang yang tadinya diisi dengan lilin bisa diisi dengan menggunakan perunggu cair. Perunggu cair kemudian didinginkan sehingga akan membentuk peralatan sesuai dengan cetakan yang sudah dibuat tadi. Agar bisa dilepas, tanah liat harus dipecahkan.

Teknik pengolahan logam yang kedua lebih boros dibandingkan dengan yang pertama. Karena tanah liat harus dipecah sehingga tidak bisa digunakan lagi. Sedangkan teknik pengolahan bivalve jauh lebih praktis karena cetakannya bisa digunakan berulang kali untuk menciptakan peralatan yang sama.

Kepercayaan Masyarakat di Masa Perundagian

Kepercayaan-Masyarakat-di-Masa-Perundagian

Kepercayaan manusia di era perundagian adalah kelanjutan dari era bercocok tanam. Perkembangan kepercayaan berlangsung sesuai dengan cara berpikir manusia yang mulai merasa bahwa dirinya mempunyai keterbatasan jika dibandingkan dengan yang lain. Ada dua kepercayaan yang muncul:

1. Keyakinan Animisme

Dalam kepercayaan yang satu ini, masyarakat memiliki anggapan bahwa benda tertentu mempunyai kekuatan supranatural yang berbentuk roh. Masyarakat meyakini bahwa roh tersebut bisa dipanggil serta dimintai bantuan kapanpun mereka memerlukannya.

Masyarakat percaya pada berbagai hal yang sifatnya gaib dan mempunyai kekuatan yang besar. Kepercayaan terhadap berbagai macam makhluk halus serta roh yang tinggal di suatu tempat memunculkan aktivitas tertentu.

Beberapa kegiatan yang muncul karena kepercayaan tersebut adalah pemujaan atau penghormatan terhadap suatu roh yang dilakukan dengan cara memberikan persembahan, sesajen, dan berdoa dengan membaca mantra.

2. Keyakinan Dinamisme

Kepercayaan yang kedua ini merupakan perpanjangan dari kepercayaan yang sebelumnya. Makhluk halus atau roh yang berasal dari manusia yang mati dipercaya akan mendiami suatu tempat. Contohnya adalah roh yang tinggal di persimpangan jalan, batu atau pohon besar, sumur, gua, dan hutan.

Kepercayaan akan kekuatan gaib pun muncul. Masyarakat yakin bahwa kekuatan gaib tersebut bisa menambah kekuatan orang yang masih hidup. Dinamis sendiri berarti bergerak, sehingga kepercayaan dinamisme meyakini bahwa ada kekuatan yang muncul dari alam semesta.

Manusia di era ini percaya bahwa benda seperti anak panah, belati, keris, tombak, dan batu akik merupakan tempat tinggalnya kekuatan halus. Sehingga berbagai peralatan tersebut perlu dirawat, dimandikan menggunakan air kembang, serta diberi sesajen.

Masa yang Sarat Perkembangan

Masa-yang-Sarat-Perkembangan

Masyarakat di era perundagian mulai berkembang dalam berbagai aspek. Selain dalam aspek perdagangan dan perekonomian, masyarakat juga mulai belajar tentang teknologi baru dalam menciptakan berbagai peralatan yang dibuat dengan menggunakan logam.

Masyarakat di masa perundagian juga mulai mengenal norma serta tata tertib yang saat ini masih mengatur kehidupan masyarakat di era modern. Berbagai peninggalan berupa barang perunggu yang ditemukan berasal dari zaman perunggu, salah satu zaman yang ada di era perundagian ini.

Baca Juga :